Nama Lengkap : Chairul Tanjung
Nama Panggilan : Chairul Tanjung
Pekerjaan : Pengusaha
Agama : Islam
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Sabtu, 16 Juni 1962
Zodiac : Gemini
Hobby : (-)
Kewarganegaraan : Indonesia
Anak : Putri Indahsari, Rahmat Dwi Putra
Istri : Anita Ratna Sari Tanjung
Pekerjaan yang CT lakoni saat ini berbeda jauh dengan ilmu yang ia pelajari waktu kuliah dulu. Pada saat menuntut ilmu di fakultas Kedokteran Gigi UI pada tahun 1981, ia (CT) mengalami kesulitan finansial untuk biaya kuliahnya. Pada saat itulah kemampuan bisnis nya mulai di asah. Pada mulanya ia berbisnis kecil-kecilan buku stensilan, kaos, dan beberapa jenis keperluan kuliah. Pernah pada waktu pertama masuk kuliah CT di minta oleh dosen nya untuk membuat Gigi buatan yang terbuat dari Gips.
Lalu ia menanyakan pada setiap toko berapa harga membuat gigi buatan tersebut, pada setiap toko memberikan harga 500 rupiah, lalu ia kepikiran bahwa abang dari temen SMP beliah dulu pernah punya percetakan. Singkat cerita beliau pun datang ke tempat tokok abang dari temen SMP nya itu, lalu CT bertanya “Bang, kalau bikin gigi buatan dari gips ini berapa?” si abang temen nya menjawab “kalau buat lu rul (nama panggilan pak Chairul Tanjung) gue kasih ceban dah” atau dalam rupiahnya senilai 150 rupiah, lalu ia pun mengumumkan pada temanya bahwa siapa yang minta di buatin sama dia hanya 300 perak/rupiah dengan mengambil untuk 150 rupiah, akhirnya teman-temannya ini pun meminta CT untuk membuatkan.
“Kan Hukum dagang ya, kalau di sana 500, di sana 500 di banding 300, ya semua minta buatin ke saya” tutur nya dalam sebuah acara talk show di salah satu stasiun TV swasta. Itulah uang 15.000 pertama yang beliau dapatkan dari kuliahnya, kalau saat itu uang 15.000 dapat bakso 10 mangkok kata pak CT. Karena di rasa bisnis nya berhasil, kemudian pak CT mulai lagi berbisnis dengan membuat toko peralatan laboratorium dan kedokteran di bilangan senen Raya, Jakarta Pusat, namun sayang usaha tersebut mengalami kebangkrutan.
Ia pun kemudian mencoba membuka usaha kontraktor tetapi usaha nya tersebut kurang berhasil sehingga ia kemudian bekerja di perusaan baja. Lalu, ia pindah ke perusahaan rotan di mana di tempat tersebut ia bertemu dengan tiga orang rekannya yang kemudian mendirikan PT. Pariarti Shindutama. Perusahaan tersebut memproduksi sepatu khusus anak-anak untuk di ekspor, dan pada saat itu keberuntungan sedang berpihak, sehingga perusahaan tersebut mendapatkan 160 ribu pesanan pasang sepatu anak-anak dari itali. Seiring berjalan nya waktu, akhirnya CT memutuskan untuk keluar dari perusaan tersebut di karenakan perbedaan paham antara rekanya dan memilih untuk berkarya sendiri.
Setelah keluar dari bisnis sepatu ekspor, CT mengarahkan usahanya ke konglomerasi pada tiga jenis bisnis inti, yaitu Properti, keuangan, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang sekarang telah berubah menjadi Bank Mega. Ia pun mulai merambah ke bisnis sekuritas, asuransi kerugian, dan asuransi Jiwa. Pada sector sekuritas, beliau (CT) memilih perusahaan real estate dan membangun Bandung supermall pada tahun 1999.
Pada saat ini, CT berkecimpung di bisnis multimedia pertelevisian dengan mendirikan sebuah stasiun televisi yang di namakan Trans Corp yang membawahi Trans TV dan Trans 7. Walaupun saat ini persaingan di industry pertelevisian sangat ketat namun, CT yakin bahwa Trans TV mampu berkembang di lihat bahwa belanja TV nasional telah mencapai angka 6 triliun setahun dan 70% di antaranya akan di ambil oleh televisi.
Selain Trans Corp, CT juga memiliki Para Group yang memiliki lebih dari 5.000 karyawan dengan Para/Perusahaan Inti Holdindo sebagai kepala industri yang mempunyai tiga anak buah perusahaan, yaitu Para Global Investindo (bekerja di bidang bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media, pertelevisian dan investasi) dan yang terakhir Para Inti Propertindo (bekerja dalam bidang properti).
CT juga mulai melebarkan sayapnya di dunia bisnis dengan menggunakan Trans Corp untuk mengakuisi/mengambil alih 40% saham PT Carrefour Indonesia senilai Rp 3 triliun melalui PT Trans Ritel. Setelah memiliki 40% saham Carrefour, ia kini menjadi komisaris utama PT Carrefour Indonesia didampingi juga oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S.Bimantoro (mantan petinggi Polri) sebagai komisaris.
Setelah mengakuisis PT Carrefour Indonesia oleh Trans Corp, komposisi pemegang saham PT Carrefour Indonesia adalah Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%. Dengan gurita bisnis seperti ini, tidak salah jika majalah Forbes memasukan nama Chairul Tanjung dalam urutan ke-13 dari 40 orang terkaya di indonesia pada tahun 2009.
CT mengaku lebih senang mengakuisisi dibandingkan membangun bisnis dari awal karena akusisi perusahaan membuat sinergi memperluas ladang usaha. Waktu saya memulai usaha banyak, tapi enggak punya modal untuk memulainya. Mulai dari nol. Lama-lama jadi besar punya uang, tidak punya waktu. Maka yang dilakukan tidak perlu bangun tapi mengakuisisi.
Di kutip dari halaman Merdeka.com
PENDIDIKAN
KARIR
Buku:
PENGHARGAAN
SOCIAL MEDIA
Nama Panggilan : Chairul Tanjung
Pekerjaan : Pengusaha
Agama : Islam
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta
Tanggal Lahir : Sabtu, 16 Juni 1962
Zodiac : Gemini
Hobby : (-)
Kewarganegaraan : Indonesia
Anak : Putri Indahsari, Rahmat Dwi Putra
Istri : Anita Ratna Sari Tanjung
Biografi
Charul Tanjung (CT) adalah salah satu konglomerat Indonesia yang juga masuk dalam jajaran nama orang terkaya di Indonesia dengan urutan ke-6 dari 10 dan 937 dari 1000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes dengan jumlah kekayaan senilai USD 1 Milyiar. Ayah CT yaitu A.G. Tanjung adalah seorang wartawan order lama yang dahulu pernah menerbitkan surat kabar beroplah kecil.Pekerjaan yang CT lakoni saat ini berbeda jauh dengan ilmu yang ia pelajari waktu kuliah dulu. Pada saat menuntut ilmu di fakultas Kedokteran Gigi UI pada tahun 1981, ia (CT) mengalami kesulitan finansial untuk biaya kuliahnya. Pada saat itulah kemampuan bisnis nya mulai di asah. Pada mulanya ia berbisnis kecil-kecilan buku stensilan, kaos, dan beberapa jenis keperluan kuliah. Pernah pada waktu pertama masuk kuliah CT di minta oleh dosen nya untuk membuat Gigi buatan yang terbuat dari Gips.
Lalu ia menanyakan pada setiap toko berapa harga membuat gigi buatan tersebut, pada setiap toko memberikan harga 500 rupiah, lalu ia kepikiran bahwa abang dari temen SMP beliah dulu pernah punya percetakan. Singkat cerita beliau pun datang ke tempat tokok abang dari temen SMP nya itu, lalu CT bertanya “Bang, kalau bikin gigi buatan dari gips ini berapa?” si abang temen nya menjawab “kalau buat lu rul (nama panggilan pak Chairul Tanjung) gue kasih ceban dah” atau dalam rupiahnya senilai 150 rupiah, lalu ia pun mengumumkan pada temanya bahwa siapa yang minta di buatin sama dia hanya 300 perak/rupiah dengan mengambil untuk 150 rupiah, akhirnya teman-temannya ini pun meminta CT untuk membuatkan.
“Kan Hukum dagang ya, kalau di sana 500, di sana 500 di banding 300, ya semua minta buatin ke saya” tutur nya dalam sebuah acara talk show di salah satu stasiun TV swasta. Itulah uang 15.000 pertama yang beliau dapatkan dari kuliahnya, kalau saat itu uang 15.000 dapat bakso 10 mangkok kata pak CT. Karena di rasa bisnis nya berhasil, kemudian pak CT mulai lagi berbisnis dengan membuat toko peralatan laboratorium dan kedokteran di bilangan senen Raya, Jakarta Pusat, namun sayang usaha tersebut mengalami kebangkrutan.
Ia pun kemudian mencoba membuka usaha kontraktor tetapi usaha nya tersebut kurang berhasil sehingga ia kemudian bekerja di perusaan baja. Lalu, ia pindah ke perusahaan rotan di mana di tempat tersebut ia bertemu dengan tiga orang rekannya yang kemudian mendirikan PT. Pariarti Shindutama. Perusahaan tersebut memproduksi sepatu khusus anak-anak untuk di ekspor, dan pada saat itu keberuntungan sedang berpihak, sehingga perusahaan tersebut mendapatkan 160 ribu pesanan pasang sepatu anak-anak dari itali. Seiring berjalan nya waktu, akhirnya CT memutuskan untuk keluar dari perusaan tersebut di karenakan perbedaan paham antara rekanya dan memilih untuk berkarya sendiri.
Setelah keluar dari bisnis sepatu ekspor, CT mengarahkan usahanya ke konglomerasi pada tiga jenis bisnis inti, yaitu Properti, keuangan, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang sekarang telah berubah menjadi Bank Mega. Ia pun mulai merambah ke bisnis sekuritas, asuransi kerugian, dan asuransi Jiwa. Pada sector sekuritas, beliau (CT) memilih perusahaan real estate dan membangun Bandung supermall pada tahun 1999.
Pada saat ini, CT berkecimpung di bisnis multimedia pertelevisian dengan mendirikan sebuah stasiun televisi yang di namakan Trans Corp yang membawahi Trans TV dan Trans 7. Walaupun saat ini persaingan di industry pertelevisian sangat ketat namun, CT yakin bahwa Trans TV mampu berkembang di lihat bahwa belanja TV nasional telah mencapai angka 6 triliun setahun dan 70% di antaranya akan di ambil oleh televisi.
Selain Trans Corp, CT juga memiliki Para Group yang memiliki lebih dari 5.000 karyawan dengan Para/Perusahaan Inti Holdindo sebagai kepala industri yang mempunyai tiga anak buah perusahaan, yaitu Para Global Investindo (bekerja di bidang bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media, pertelevisian dan investasi) dan yang terakhir Para Inti Propertindo (bekerja dalam bidang properti).
CT juga mulai melebarkan sayapnya di dunia bisnis dengan menggunakan Trans Corp untuk mengakuisi/mengambil alih 40% saham PT Carrefour Indonesia senilai Rp 3 triliun melalui PT Trans Ritel. Setelah memiliki 40% saham Carrefour, ia kini menjadi komisaris utama PT Carrefour Indonesia didampingi juga oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S.Bimantoro (mantan petinggi Polri) sebagai komisaris.
Setelah mengakuisis PT Carrefour Indonesia oleh Trans Corp, komposisi pemegang saham PT Carrefour Indonesia adalah Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%. Dengan gurita bisnis seperti ini, tidak salah jika majalah Forbes memasukan nama Chairul Tanjung dalam urutan ke-13 dari 40 orang terkaya di indonesia pada tahun 2009.
CT mengaku lebih senang mengakuisisi dibandingkan membangun bisnis dari awal karena akusisi perusahaan membuat sinergi memperluas ladang usaha. Waktu saya memulai usaha banyak, tapi enggak punya modal untuk memulainya. Mulai dari nol. Lama-lama jadi besar punya uang, tidak punya waktu. Maka yang dilakukan tidak perlu bangun tapi mengakuisisi.
Di kutip dari halaman Merdeka.com
PENDIDIKAN
- SD : Van Lith, Jakarta (1975)
- SMP : Van Lith, Jakarta (1978)
- SMA : Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
- Kuliah : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
- Executive IPPM (MBA; 1993)
KARIR
- Pendiri PT. Pariarti Shindutama
- Pemilik (CEO) Bandung Supermal
- Pemilik (CEO) Trans Corp.
- Pemilik (SEO) CT Corp, sebelumnya bernama Para Group
- Komisaris Utama PT Carrefour Indonesia
Buku:
- Si Anak Singkong
PENGHARGAAN
- Urutan 937 dari 1.000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes
- Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional (1984-1985) - Penghargaan sebagai anggota civitas akademika yang berjasa kepada fakultas dan universitas
- Eksekutif Muda Berprestasi 1992-1993 dari Studio Seven Production, Jakarta (23 Mei 1993)
- Soegeng Sarjadi Award
SOCIAL MEDIA
- No Sosmed